Minggu, 20 Juni 2010

Waktu yang tepat - Episode 2

Setelah sebelumnya kita telah membahas mengenai waktu untuk lahir, sekarang saya akan lanjutkan untuk membahas mengenai waktu yang tepat dalam menjalani hidup.

Memori paling awal yang masih dapat saya ingat adalah pada waktu saya akan masuk SD, yaitu diumur 5 tahun - 5.5 tahun. Yang saya ingat adalah saya dan mamak pergi ke rumah ibu guru SD, ibu saragih, untuk membantu saya masuk ke SD beliau. Kami harus melobi ibu saragih supaya saya dapat masuk sekolah walaupun masih belum cukup umur. Lobi sukses, dan pada tahun itu juga saya masuk sekolah dasar.

Saya akan bercerita mengenai kehidupan saya mulai dari memori awal yang dapat saya ingat hingga sekarang ini.

Kehidupan mulai dari SD - Lulus SD

Saya sudah merasakan kalau saya adalah orang yang pintar dan disukai oleh orang-orang yang berinteraksi dengan saya. Guru sekolah minggu sangat menyukai saya (menurut pendapat saya) karena mereka selalu mengandalkan saya untuk menyapu gereja sepulang sekolah minggu dan mereka selalu memberi saya uang setelah pekerjaan menyapu selesai. Saya juga selalu dapat menjawab pertanyaan mereka mengenai materi yang diajarkan di sekolah minggu, saya tidak nakal dan selalu patuh.

Saya sekolah di SD Negeri No. 122378, karena umur yang belum cukup maka saya dianggap sebagai murid percobaan dan rencananya akan tetap dikelas 1 sampai 2 tahun. Karena memang saya dapat mengikuti pelajaran yang diberikan dengan baik maka saya tetap naik kelas dengan predikat yang sanagat baik. Di sekolah saya cukup mendapat respek baik dari teman maupun dari guru. Teman saya ada yang selalu mentraktir saya jajan karena saya selalu membantu dia dalam setiap PR dan pelajaran yang diajarkan oleh guru. Di kelas 6, waktunya untuk pemilihan peserta cerdas cermat antar SD se-kotamadya, saya tidak terpilih menjadi 1 dari 3 perwakilan sekolah kami. Menurut pendapat saya, saya tidak masuk karena memang ada ketidakadilan, yang terpilih adalah teman saya yang notabene adalah saudara guru dan tinggal dirumah guru tersebut padahal saya termasuk dalam ranking 3 besar. Karena tidak masuk tim, saya pulang dan malas sekolah disitu lagi, sampai di rumah saya menangis di depan kandang hewan peliharaan kami, saya menangis didepan hewan tersebut (dan kayaknya mereka tidak bersimpati juga ke saya...he...he...). Tim cerdas cermat kami ternyata memang hanya dapat menjadi peringkat 3 di rayon dan tidak lolos ke kecamatan. Apakah kalau saya yang ada didalam tim tersebut akan dapat membuat hasil yang lebih baik??? saya tidak tahu karena memang saya tidak masuk tim.

Tiba waktu untuk ujian akhir (Ebtanas), saya hanya mendapat nilai yang sangat biasa, hanya mendapat nilai 34.44 dari 5 mata pelajaran. Pada saat mengambil NEM, saya masih ingat apa yang disebutkan bapak, "benarkan, kau tidak pantas kecewa tidak dipanggil tim cerdas cermat karena NEM mu tidak lebih baik dari teman-teman mu yang ikut". Saya bagaimanapun mengakui hal tersebut dan mulai saat itu saya berjanji untuk tidak terlalu cepat kecewa dan marah akan suatu keputusan karena pembuat keputusan selalu memiliki pertimbangan sendiri.

Pada saat direntang waktu ini saya pernah berkelahi 2 kali itupun dengan orang yang sama, saya kelahi karena lawan saya kelahi ini bisa panas karena dipanas-panasi oleh teman kami. Saya tidak mau berantem karena memang saya tidak suka kekerasan, tapi dia mendekati saya dan memiting saya. Kami jadi berantem dan seingat saya kalau saya adalah pemenangnya karena lawan saya tersebut menangis dan saya tidak. Beberapa lama kemudian saya berantem lagi dengan dia karena kayaknya dia masih belum terima dengan hasil sebelumnya, dan sekali lagi dia kalah dan menangis. Sebenarnya saya kesakitan juga dan secara visual kayaknya saya yang kalah tetapi karena saya tidak suka menangis dan lawan menangis maka secara de facto (menurut versi anak kecil) saya lah pemenangnya. Kok saya yang meng-klaim bahwa disukai oleh orang yang berinteraksi dengan saya malah berantem :)), kayaknya klaim saya salah ya karena ternyata saya pernah juga dikeroyok oleh 3 orang teman main saya sampai ada salah satu dari mereka melompat memijak punggung saya dan tentunya saya kalah dan satu yang pasti yaitu saya tidak menangis.

Di lingkungan tempat saya tinggal, pada rentang masa ini, saya belajar banyak hal. Ada teman sekampung yang membeli TV hanya demi gengsi padahal mereka akan berhutang akibat pembelian TV tersebut. "banyak orang menjadi miskin karena mereka tidak tahu apa yang mereka butuhkan yang mereka tahu adalah apa yang mereka inginkan", inilah perkataan saya ke bapak pada saat kami membahas mengenai tetangga tersebut dan pada saat itu saya dapat melihat bahwa bapak melihat saya dengan mata kagum, kagum akan pendapat saya tersebut padahal bapak tidak tahu bahwa baru saja sebelumnya guru mengatakan itu didepan kelas di sekolah. Mungkin pikir bapak kok ada anak kecil yang bisa ngomong seperti itu..he..he..he, kagum nih ye.
Ada juga preman dikampung kami yang selalu memanggil saya untuk menemani dia menutup jendela apabila sore hari telah tiba. Setiap saya menemani dia, saya pasti mendapat uang atau makanan. Pendapat saya pada waktu itu dia adalah preman yang baik karena dia suka memberi. Belakangan saya ketahui bahwa dia selalu meminta saya temani karena ternyata dia takut sama hantu. Dapat pelajaran lagi, ternyata preman juga takut sama hantu :))
Ada juga teman saya yang selalu menungguin saya pulang sekolah didepan rumah saya. Dia menungguin saya karena dia mau makan di rumah. Saya tidak keberatan dia makan di rumah, yang menjadi keberatan saya adalah kenapa dia selalu makan sepiring dengan saya. Kalau disuruh ambil piring sendiri dia tidak mau. Setahu saya dirumahnya juga selalu ada makanan tapi entah kenapa dia selalu menungguin saya pulang untuk makan di rumah. Kadang saya sembunyi-sembunyi dulu mau pulang ke rumah untuk melihat situasi apakah dia ada didepan rumah atau tidak kalau ada maka saya tidak pulang dulu. Tetapi saya mengakui kekuatan kesabarannya, dia bisa menunggu saya selama mungkin sampai saya sendiri yang terpaksa pulang karena memang sudah lapar. Sampai saya dewasa sekarang ini, saya masih tidak mengerti kenapa dia selalu mau makan sepiring berdua dengan saya dan tidak mau makan dipiring sendiri. Mungkin dia bingung juga ya, kenapa si Turnip ini gak mau makan sepiring berdua dan selalu meminta untuk makan pakai piring sendiri-sendiri...he..he..he.. iya gak??? (nanti dilanjut lagi, udah ngantuk, mau tidur)